Senin, 31 Agustus 2015

Kisah seekor tikus – Asal mula tikus penyet di jalan (-o-)



            Pernah nggak kalian melihat ada seekor tikus yang terlindas mati di jalan. Biasanya sih merupakan seekor tikus got dan pemandangan ini bahkan sering sekali terlihat. Dan kemudian saya berpikikir untuk mengarang asal-usul kenapa selalu aja ada seekor tikus dengan bodohnya bisa terlindas di jalan.
            Baiklah kita mulai aja, dari perkenalkan pada zaman yang tidak terlalu dahulu ada seekor tikus sebut saja “Engkus”, biar nyambung aja. Suatu ketika ia sedang bermain bersama teman-temannya di pinggir selokan. Yah kita tau bahwa mereka tak ingin terlihat oleh manusia jadi pasti mereka bermain saat malam hari. Hmm, terus mereka memainkan apa yah? Abisnya di Indonesia terlalu banyak Pamali lah, Bumali lah. Hufftt. Mau main petak umpet, pasti akan terdengar celoteh “ntar kalau ada yang hilang gimana?”, “ntar disembunyiin sama setan”. Yah terserah deh, mau main kejar-kejaran, “nanti capek”, “nanti pas tidur, kakinya gelisah”. -_- Terus main apa? Yah udah, anggap mereka lagi taruhan apa kek githu. “Tapi kan berjudi itu haram”. Kampret, ini cerita gue jangan di ganggu. Akhirnya tikus yang banyak bicara itu mati akibat disumpel mulutnya dengan racun tikus oleh sang penulis.
            Tunggu, cerita nya belum selesai. Ketika mereka sedang taruhan, Engkus ditantang oleh temannya.
            “Kus, kami berani nggak berdiri ditengah jalan situ?” Tanya si Tono, udah anggap aja namanya Tono.
            “Nggak ah, kan kata mama nggak boleh main di jalan, berbahaya.” Jawab si Engkus sambil menggurui.
            “Ah, cemen loe. Masa gitu aja nggak berani.” Ejek si Tono
            “Emang kamu berani?” Tanya si Engkus meragukan.
            “Berani kok. Lihat yah.” Tono pun berjalan dengan semangat ke tengah jalan melihat ke kanan dan kiri lalu berdiri dengan bangga di tengah jalan.
            “Lihat Engkus, aku beranikan.” Teriak Tono sombong dari tengah jalan.
            “Oke, aku percaya. Ayo cepat balik, Ton. Ntar ada kendaraan lewat.” Jawab Engkus khawatir. Kemudian tikus-tikus lainnya datang dan meneriaki nama “Tono”, ia dipuja seperti pahlawan karena telah berani melakukan hal tersebut.
            “Tono, Tono, Tono. Ayo Tono, kamu keren banget.” Terdengar dari salah satu tikus yang berteriak. Tono yang saat itu besar kepala, memilih diam dan tak mendengar kata-kata Engkus. Ia sangat menikmati tiap detiknya dipuja oleh tikus-tikus lainnya. Tiba-tiba, terdengar suara motor yang sangat keras. Ban motor tersebut terlihat sangat besar oleh Tono. Ia tak mampu menghindari ban motor yang telah begitu dekat dengan diri nya. Dan kemudian “SPLASSSHHH”, Tono pun tergilas oleh ban motor dengan segala kesombongan serta keras kepalanya. Hal ini pun tak menjadi pelajaran buat tikus-tikus yang lain. Bahkan semakin banyak tikus-tikus lain yang sombong dan tak belajar dari kesalahan Tono dan menganggap bahwa Tono hanya lagi kurang beruntung. Dan akhirnya menyusul Tono menghadap ke sang pencipta. Terus gimana dengan Engkus? Dia hidup bahagia dengan wanita yang dipilihnya bersama dengan anak-anak tercintanya. Dia mengajari agar anak-anaknya agar tak sombong dan selalu mendengar nasehat orang lain. Nggak nyambung? Yah udah, namanya juga cerita ngawur. Hahaha, cukup sekian dan terima kasih. :D
#Rico Alandra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar